HARUS TERUS BERSYUKUR
Ketika suatu hari tepatnya tanggal 9 januari 2011 saya dan teman-teman saya memberi suprise atau kejutan ke salah satu orang sahabat saya yang sedang berulang tahun, setelah acara itu telah selesai maka kami berencan ingin pergi ke suatu tempat. Dan ketika kami ingin menuju ke suatu tempat yang harus menaiki angkutan umum untuk menuju ke tempat tersebut. Situasi saat itu sangat lah sedikit angkutan untuk kesana maka ketika ada yang lewat langsung kami berhentikan. kemudian kami memberhentikan angkutan umum saat itu yang lewat, setelah kami ingin naik ternyata angkutan umum tersebut hanya tersedia 2 bangku yang kosong, sedangkan kami bertiga?? karena saya yang terakhir maka saya yang harus mengalah untuk mencari angkutan lagi atau di depan dekat supir. Setelah saya lihat di sebelah supir ada seorang anak kecil laki-laki, lalu berfikir seketika mungkin itu anak dari supir tersebut. Maka saya meminta izin boleh atau tidak untuk saya duduk di situ,dan supir itu pun mengizinkan. Dan setelah saya duduk dengan seorang anak kecil itu, tidak beberapa lama kemudian sekitar 2 menit waktu berlalu saya baru menyadari kalau anak yang di samping saya ini keterbelakangan mental, saya sangat lah kaget ketika ia bergerak terlalu berlebihan yang tak sewajarnya anak lain lakukan, ketika itu saya bingung dan merasa takut. namun saya tidak boleh menunjukan sikap tersebut karena menghargai supir (ayah anak tersebut).
Ketika anak itu mulai menunjukan sikapnya yang terlihat aga hiperactive, ayahnya pun menyuruhnya untuk diam, anak itu sejenak diam dan akan kembali lagi. ketika angkutan umum tesebut berhenti di pintu kereta, reaksi anak tersebut sangat lah histeris ketika ia tahu akan melihat kereta, dan iah mengungkapakan kegembiraannya tersebut dengan bertepuk tangan yang sangat kenyang dan memasukan semua jari tangannya ke dalam mulutnya sambil menyemburkan ludah dari mulutnya. memang terlihat menjijikan namun ia hanyalah seorang anak kecil yang keterbelakangan mental yang untuk berbicara pun sulit, mungkin dengan cara itulah ia mengungkapkan rasa kegembiraanya melihat kereta api.
Setelah itu selama perjalanan aq hanya terdiam , anak kecil ini melihat terus ke arahku dan sambil tersenyum sangat gembira seperti tidak ada beban dihidupnya, entah apa yang ia fikirkan ketika melihatku. dan pada saat perjalanan itu saya sesekali melihat jam tangan karena saat itu sudah sangat sore, ketika saya selesai melihat jam tanagn maka seprtinya anak kecil tersebut ingin melihat dan memegangnya juga, mungkin ia penasaran benda yang saya paki ini. namun ketika ia ingin memegang jam tanagn saya,ayahnya langsung melarangnya dan memarahinya untuk tidak boleh seperti itu lagi. kemudain di pinggir jalan ada beberapa orang polisi yang sedang mengatur lalu lintas , maka anak kecil itu langsung seperti merasa senang melihatnya dan ia langsung bersikap seperti tadi melihat kereta api,,ia bertepuk tangan kemudian memasukan seluruh jari ke mulutnya dan sesekali ia menyemburkan ludah dari mulutnya. saya pun hanya terdiam dan berfikir dengan semua sikap anak ini,, apakah dia selalu di dalam rumah tidak boleh keluar rumah dengan kondisi mental seperti ini?? bila ia sangat lah menyedihkan, ia tidak seberuntung anak yang normal lainnya yang se usianya yang sedang senang-senangnya bermain bersama teman-temannya. terasa ingin meneteskan air mata, padahal terlihat dari fisik anak ini mukannya yang begitu manis, matanya pun indah, senyumannya terlihat sangat lah manis dan penuh kegembiraan tanpa ada rasa beban yang ia rasakan. Walaupun ia menjadi beban orangtuanya.
Jika memang ia tidak pernah keluar rumah mungkin saat itu ia sangat lah senang keluar rumah denga ikut ayahnya bekerja, ayah yang begitu kuat menerima kekurangan anaknya, ia ayah hebat yang karena Tuhan titipkan anak yang keterbelakangan mental seperti itu,namun ia tetap gigih mencari uang untuk merwat anak tersebut. karena jaman sekarang banyak sekali orangtua yang tidak bisa menerima anaknya yang keterbelakangan metal atau keterbelakangan fisik yang menaruh anaknya di panti asuhan.
Dan ketika saya turun ana itu terlihat sedih dan melihat ke arah saya terus,mungkin ia pikir saya temannya. mungkin juga ia di lingkungan rumahnya tidak memiliki teman karena ia kondisinya seperti itu. entah bagaimana kehidupan supir angkutan umum dan anaknya yang keterbelakangan mental tersebut. semoga saja Tuhan memberikan yang terbaik untuk hidup mereka. amin.
Dalam pengalaman tersebut saya berfikir betapa sempurnanya hidup kita yang telah di berikan oleh Tuhan,seperti di berikan orang tua yang utuh, memiliki orang tua yang berkecukupan, memiliki fisik dan mental yang normal, terkadang kita selalu mengeluh dengan apa yang terjadi bila tidak sesuai dengan kemauan kita. Kita tidak pernah berfikir banyak orang yang lebih tidak seberuntung diri kita, maka kita harus terus bersyukur denga semua yang telah Tuhan kasih kepada kita. Karena semua yang terjadi di kehidupan kita Tuhan yang kasih, maka itu lah yang terbaik untuk dirikita :)
0 komentar:
Posting Komentar