Mutiara. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

kebimbangan ku

ketika sebuah pilihan antara membahagiakan atau di bahagiakan harus kita pilih salah satu..
ketika kita mencintai dan menyayangi seseorang hingga melebihi rasa cinta dan sayang terhadap diri sendiri, itu lah hal yang tidak dapat dihindari..karena semua rasa itu tumbh sendrinya tanpa dibuat-buat...
ketika harus memilih melihat orang yang kita bahagia walau tidak bersama kita atau orang yang kita syangi tetap disamping kita dan ia tak bahagia .. apa yang akan kita pilih??
mungkin hal itu semua selalu saja ada di isi kepalaku, aku mencoba untuk tidak menanggapinya dan memasabodokannya saja, namun makin aku lalui makin terus muncul pertanyaan-pertanyaan itu...
hingga akhirnya satu pertanyaan muncul, yaitu antara memilih orang yang kita sayang apa tuhan yang telah memberi semua ini????
dan semua pertanyaan" itu pun terjawab dengan pertanyaan yang terakhir..
yaitu aku harus membahagiakan mu walau kau bahagia bukan bersamaku, dan saya memilih tuhan..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

kesetiaan Mbah Maridjan

Raden Ngabehi Surakso Hargo atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Maridjan (nama asli: Mas Penewu Surakso Hargo, lahir di Dukuh Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, 5 Februari 1927 – meninggal di Sleman, Yogyakarta, 26 Oktober 2010 pada umur 83 tahun ) adalah seorang juru kunci Gunung Merapi. Amanah sebagai juru kunci ini diperoleh dari Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Setiap gunung Merapi akan meletus, warga setempat selalu menunggu komando dari beliau untuk mengungsi. Ia mulai menjabat sebagai wakil juru kunci pada tahun 1970. Jabatan sebagai juru kunci lalu ia sandang sejak tahun 1982. Sejak kejadian Gunung Merapi akan meletus tahun 2006, Mbah Maridjan semakin terkenal. Karena faktor keberanian dan namanya yang dikenal oleh masyarakat luas.
Bagi saya pribadi apa yang menjadi keputusan Mbah Marijan tetap tinggal adalah sebuah cerminan dari sebuah kesetian, keberanian dan sebuah pengabdian yang langka di zaman ini. Jika benar Mbah Marijan wafat, dia  telah menepati janjinya untuk menjaga Gunung Merapi sampai akhir hayatnya seperti yang telah dijanjikannya kepada Sultan Hamengku Buwono IX pada waktu diangkat sebagai juru kunci Merapi. Sikap dan Sifat yang dimiliki oleh Mbah Maridjan menjadi panutan untuk semua orang, terutama untuk pemerintahan di Indonesia supaya lebih setia dan bertanggung jawab dengan tugasnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS